Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku (Habakuk 3:17-19).
Setiap orang termasuk saya dan saudara seringkali mengalami masa-masa pergumulan dalam berbagai bentuk, entahkah itu berupa penyakit, krisis ekonomi, masalah keluarga, masalah dengan pasangan/sesama atau usaha/dagangan yang tidak laku. Semuanya itu pasti tidak baik bagi kita. Itu membuat kita menjadi pusing, stress bahkan mungkin protes, menyalahkan orang lain atau Tuhan sendiri atas keadaan kita ini.
Kalau kita pusing, stress atau protes itu wajar saja tetapi bukankah itu tidak menyelesaikan masalah? Jadi kenapa dalam keadaan seperti ini kita tidak mau belajar mengucap syukur? Sebelum meneruskan membaca renungan ini barangkali Saudara tidak setuju dan berkata: Mengucap syukur, bagaimana mungkin? Iya itu memang sulit tapi mari kita belajar dari seorang tokoh Alkitab yang mau mengucap syukur di tengah-tengah pergumulannya.
Ketika nabi Habakuk hidup dan melayani Tuhan, saat itu adalah saat-saat yang sulit bagi orang Israel dan bagi Habakuk secara pribadi. Kesulitan yang dialami oleh Habakuk tergambar jelas dalam ucapannya di Habakuk 3:17. Nabi ini mengalami penderitaan yang luarbiasa karena tidak ada satu pun lagi yang bisa dia harapkan untuk menunjang hidupnya. Kebun dan ternaknya ternyata tidak memberikan hasil apa-apa.
Menghadapi kesulitan hidup ini sudah sewajarnyalah Habakuk berteriak dan protes kepada Tuhan. Memang awalnya Habakuk tidak menerima keadaan seperti itu namun pada akahirnya ia mau belajar mengucap syukur dalam segala hal, sehingga ia berani mengatakan demikian: Sekalipun pohon ara tidak berbunga……namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan. Rahasia dari kemampuan Habakuk untuk mengucap syukur terletak dalam dua alasan, yaitu pertama penderitaan bukanlah akhir segalanya dan yang kedua Allah masih ada di pihaknya.
Saudara, saya tahu apa itu pergumulan hidup. Tapi biarlah saudara belajar mengucap syukur kepada Allah. Dalam pergumulan ini pasti masih ada sesuatu yang baik yang Tuhan karuniakan bagi kita, ucapkanlah syukur akan itu.