HIDUP YANG HANYA SEMENTARA

Pada tanggal 27 Mei 2007 bangsa Indonesia pernah berduka dengan terlukanya Yogyakarta dan Jawa tengah dalam peristiwa gempa bumi yang berkekuatan 5,6 SK. Bencana ini menelan setidaknya 6.200 korban jiwa dan menghancurkan banyak harta benda. Sungguh bencana yang tragis dan memilukan.
Terlepas dari dampak buruknya, seharusnya gempa bumi ini kembali menyadarkan kita, umat manusia akan kenyataan hidup yang hanya sementara saja. Sungguh hidup ini hanya sementara, pemazmur mengatakan: “masa hidup kami tujuh puluh tahun, dan jika kami kuat, deapan puluh tahun.” (Maz. 90:10), setelah itu kematian menanti.
Mengingat kenyataan hidup ini,maka adalah baik apabila kita memperhatikan nasehat Yakobus dalam Yak. 4:13-17. Ia menasehati agar setiap orang percaya melibatkan Tuhan dalam hidupnya, khususnya dalam hal membuat perencanaan. Hal ini ia katakana agar orang percaya tidak congkak, tidak mengandalkan kekuatannya atau kelebihan-kelebihan yang ada dalam dirinya dalam mengarungi arus kehidupan ini, karena hidup ini sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan di pagi hari lalu lenyap.
Saudara, walaupun kita sudah tahu bahwa memang hidup di dunia tidak kekal, akan tiba waktunya nanti kita harus meningglakan dunia, namun biarlah kita menyadarinya dengan lebih sungguh-sungguh lagi. Oleh karena itu ketika melakuan aktivitas sehari-hari, libatkanlah Tuhan. Berserah kepada-Nya. Jangan lagi hanya mengandalkan kekuatanmu, kepintaranmu atau kekayaanmu. Semuanya itu akan berakhir juga nanti. Jadi andalkanlah Tuhan, Pribadi yang kekal itu, yang memberimu kekuatan, kepintaran dan kekayaan.
Berkaitan dengan hidup yang sementara ini perhatikan juga firman Tuhan dalam Ayub 1:21 “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhanlah yang memberi, tuhanlah yang mengambil terpujlah nama Tuhan.” Ayub mengucapkan kalimat ini ketika ia dalam kesesakan yang luarbiasa: semua yang pernah ia miliki lenyap begitu saja tanpa bekas, bahkan nyawanya pun terancam lenyap. Ayub, ketika ia tahu bahwa apa yang ada di dunia ini sifatnya sementara termasuk harta kekayaannya, kebesarannya dan anak-anaknya sendiri mati, ia masih mampu memuji Tuhan. Luar biasa, adakah kita juga mampu berkata demikian?
Share on Google Plus

About MEZBAH PETRA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.