Kasih

I. PENDAHULUAN
Apa itu kekristenan? Jika pertanyaan seperti ini diajukan kepada kita maka sebagai orang Kristen kita harus bisa menjawabnya. Kekristenan itu sama dengan kasih – itulah inti sari dari ajaran kekristenan. Hal itu bisa kita buktikan dengan cara ’memeras’ Alkitab. Seandainya Alkitab yang tebal itu diperas, kita akan mendapatkan PL dan PB. Jika diperas lagi maka akan muncul sepuluh hukum Allah (Kel. 20:1-17). Jika sepuluh hukum itu diperas lagi maka akan muncul hanya dua perintah, yaitu kasih terhadap Allah dan kasih terhadap sesama (Mat. 22:37-40). Terakhir jika dua kasih itu diperas maka akan muncul satu kata yang abadi, yaitu kasih.
Kasih inilah yang menjadi identitas kekristenan dari dulu sekaligus membedakannya dari semua agama apa pun yang ada di dunia ini. Dan kasih yang ada dalam kekristenan ini bukanlah teori semata. Ini telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh Tuhan Yesus, para rasul, tokoh-tokoh kekristenan dan semua orang yang sungguh-sungguh hidup dalam Tuhan.

II. ARTI KASIH
Kasih atau cinta secara sederhana dapat diartikan sebagai perasaan sayang terhadap orang lain. Itu juga bisa berarti melepaskan kesenangan kita demi kebahagiaan, kepuasan, ketentraman dan perkembangan orang lain. Selain itu kasih juga mempunyai pengertiannya sendiri menurut pandangan kekristenan. Dalam ajaran kekristenan kata kasih setidaknya mempunyai empat pengertian sesuai dengan pemakaian katanya (dalam bahasa Yunani).
Arti kasih yang pertama terambil dari kata agape. Kata ini bisa dikatakan sebagai kasih yang tidak menuntut balasan atau tanpa pamrih. Inilah kasih Allah yang mengalir dari atas kayu salib untuk mengasihi dan mengampuni manusia (1 Yoh. 4:16). Kasih seperti ini tidak pernah pudar, kering dan habis.
Yang kedua kata kasih yang terambil dari kata stroge berarti kasih yang diberikan kepada orang yang termasuk anggota keluarga kita. Contohnya kasih antara anak dan orang tua. Sedangkan kata kasih yang terambil dari kata fileo berarti kasih yang diberikan diantara sesama sahabat. Kasih ini mengandung kehangatan dan kesetiakawanan. Dan yang terakhir, yaitu kasih eros. Kasih ini berarti kasih yang sifatnya romantis dan berdasarkan emosional.
Tiga jenis kasih terakhir dimiliki oleh manusia pada umumnya. Kasih stroge dan kasih fileo adalah sesuatu yang baik dan perlu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Kasih eros memang baik juga adanya, hanya dalam praktekkanya kasih ini seringkali melenceng dan menyeret orang dalam dosa. Sementara itu kasih agape tidak dimiliki oleh manusia secara alami. Namun ada kemungkinan kasih Allah ini dimiliki juga oleh manusia, yaitu kita yang telah mengalami kasih agape itu sendiri.

III. KASIH YANG NYATA
Kasih yang menjadi ciri khas kekristenan ini bukanlah sesuatu yang ada di angan-angan saja. Tetapi kasih itu harus dinyatakan dalam perbuatan agar orang lain melihat dan merasakannya sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh banyak orang. Kalaulah demikian lalu seperti apa kasih yang nyata dalam perbuatan itu?
Bagi banyak orang kasih yang nyata itu ada bermacam-macam sesuai dengan pola pemikirannya, misalkan dengan memberikan sesuatu kepada orang yang dikasihi. Iya benar, tetapi bagi kita orang Kristen kasih tidak bisa dikonsepkan menurut pemikiran sendiri karena bisa salah dan kalaupun tidak salah sifatnya tetap saja dangkal karena itu berasal dari konsep dunia ini. Karena itu perlu ada rambu-rambu yang jelas dan benar seperti apa kasih itu yang dinyatakan dalam perbuatan.
Sebenarnya orang Kristen tidak perlu kebingungan mencari bentuk kasihnya untuk dilakukan karena itu sudah jelas tertulis dalam firman Tuhan. Dalam 1 Korintus 13:4-7 dengan gambalang dijabarkan tentang apa saja yang disebut dengan kasih itu, yaitu kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Itulah wujud kasih yang alkitabiah yang perlu dilakukan oleh setiap orang Kristen. Bila hal-hal seperti di atas dilakukan dengan baik dan konsisten maka tidak mustahil akan membawa dampak yang besar. Setidaknya ada dua dampak dari kasih yang dinyatakan itu, yaitu boleh memberkati orang yang merasakan kasih kita dan yang kedua, pasti akan memuliakan nama Allah kita yang adalah kasih itu sendiri.

IV. KASIH YANG MENGUBAHKAN
Berkaitan dengan yang barusan disinggung tadi bahwa kasih pasti akan membawa dampak maka di sini kita akan melihat bagaimana kasih itu mampu mengubahkan banyak hal di dunia ini. Salah satu contoh nyata tentang kasih yang mengubahkan, yaitu dalam hal status manusia dari yang terhukum menjadi terselamatkan.
Alkitab mengatakan bahwa upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Dan maut ini harus dialami oleh semua manusia tanpa terkecuali karena keberadaaannya yang berdosa. Demikianlah kondisinya dan keputusan Allah itu tidak mungkin lagi dibatalkan karena jikalau sempat dibatalkan berarti Allah tidak konsisten dengan firman-Nya tadi yang mengatakan upah dosa adalah maut.
Allah harus menghukum manusia yang berdosa. Namun di satu sisi juga Allah begitu mengasihi manusia. Allah yang telah menciptakan manusia tentu tidak menghendaki dan tidak mengrancangkan sebelumnya kematiaan manusia. Yang Allah kehendaki adalah kebaikan manusia. Jadi Allah harus memilih yang mana: menghukum manusia dengan resiko mengorbankan kasih-Nya atau Ia tetap mengasihi manusia dengan resiko mengorbankan keadilan-Nya - Ini konflik.
Tetapi syukur kepada Allah, dalam hikmat-Nya Ia melaksanakan kedua hal itu. Ia tetap melaksanakan penghukuman dan juga tetap mempertahankan kasih-Nya yang besar kepada manusia. Jalannya, yaitu dengan kematian Yesus di atas kayu salib. Di atas kayu salib Yesus terhukum menggantikan manusia berdosa dan di atas kayu salib juga Yesus menyatakan kasih-Nya dengan menjadi Juruselamt manusia. Dari fakta ini kita bisa melihat bahwa kasih (Allah) ternyata mampu mengubahkan manusia yang berdosa menjadi terselamtkan.
Selain itu kasih juga telah mengubahkan banyak hal yang lain. Dengan kasih sudah ada banyak orang yang kelihatannya begitu keras menjadi tunduk kepada Tuhan, contohnya Paulus. Dan bahkan lebih jauh lagi kasih mampu mengubahkan peradaban – contoh yang masih bisa kita saksikan sekarang dari dekat, yaitu peradaban di tanah Papua. Puluhan tahun yang lalu Papua masih terbelakang namun karena kedatangan para misionaris ke tanah Papua peradaban di sana bisa di bawa ke dalam peradaban yang modern. Apa yang mendorong para misionaris itu ke sana? Jawabannya adalah kasih. Jadi kasih ikut ambil bagian dalam mengubahkan peradaban manusia.

V. KEKEKALAN KASIH
Segala sesuatu yang ada di dunia pada akhirnya akan berlalu juga nanti. Bahkan hal-hal yang sifatnya rohani pun seperti karunia bahasa roh, pengetahuan dari Allah, nubuatan-nubuatan itu semua akan berhenti apabila dunia ini kiamat. Tetapi ada satu hal yang tidak akan pernah berakhir, yaitu kasih (1 Korintus 13:8).
Kasih akan tetap ada bukan karena itu lebih istimewa dari hal-hal rohani yang lain tetapi semata-mata karena sifatnya yang kekal. Dalam 1 Yohanes 4:8 dikatakan bahwa kasih itu bagian yang tak terpisahkan dari Allah. Sementara itu Allah itu kekal adanya – Ia ada jauh sebelum dunia ada dan Allah akan tetap ada nanti walaupun dunia ini sudah berakhir. Jadi dengan demikian boleh dikatakan bahwa kasih itu kekal adanya. Itu sudah ada sebelum dunia dijadikan dan akan tetap ada ketika dunia sudah berakhir beserta segala yang ada di dalamnya.

VI. PENUTUP
Kita telah tahu bahwa kasih itu merupakan ciri khas kekristenan dan kita juga sudah tahu apa itu yang dimaksud dengan kasih. Karena itu mari kita menyatakan kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Kasih bukan sesuatu yang disimpan tetapi dipraktekkan. Dalam mempraktekkan kasih kita bisa melakukannya dengan kasih storge terhadap anggota keluarga, kasih fileo terhadap sahabat/orang dekat, kasih eros terhadap suami/istri. Dan yang melebihi semuanya itu, yaitu kasih agape terhadap Allah dan sekaligus terhadap semua orang tanpa terkecuali. Khusus kasih agape ini, memang sulit dalam praktekkanya karena seringkali dikalakan dengan kedagingan kita. Tetapi itu bisa kita lakukan dengan pertolongan Allah – jika kita sudah mengalami kasih Allah kita pasti bisa mengasihi (agape).
Share on Google Plus

About MEZBAH PETRA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.