ARTI SEBUAH SALIB

Kata atau simbol ‘salib’ selalu dihubungkan dengan kekristenan. Di hampir semua gedung gereja dan rumah orang Kristen bisa dipastikan ada tanda salib. Orang-orang Kristen biasa juga menggunakan aksesosris-aksesoris salib, terlepas dari motivasinya. Bahkan ketika seorang Kriten mengalami suatu penderitaan, kemungkinan besar akan keluar ucapan dari mulutnya: ”ini salibku.” Karena begitu identiknya salib ini dengan kekristenan sehingga muncul suatu pemikiran bahw salib itu pasti Kristen dan Kristen itu pasti salib.
Salib yang sudah lama menjadi simbol kekristenan ini bukanlah tanpa arti. Sedikitnya ada dua arti salib, yang kelihatannya saling bertolak belakang tetapi mengandung kebenaran kekal.
Pertama, salib adalah penghinaan. Sejarahnya, sejak zaman purbakala salib digunakan sebagai alat hukuman mati yang paling hina dan itu dipopulerkan oleh orang Romawi. Alkitab (Ul. 21:22-23, Yos. 10:26) juga menegaskan bahwa salib merupakan bentuk penghinaan dan terkutuk terhadap para penjahat yang dihukum. Bentuk hukuman mati yang hina dan terkutuk ini pernah dilaksanakan terhadap satu Pribadi yang agung, yaitu Yesus Kristus. Di akhir masa pelayanan-Nya di dunia, Yesus ditangkap, difitnah, diadili dan dijatuhi hukuman mati dengan cara disalibkan. Ketika menjalani penghukuman Ia harus menanggung begitu banyak penderitaan fisik dan tekanan jiwa serta moril-Nya. Puncaknya Ia dipakukan dan digantung di atas kayu salib.
Di atas salib Ia menerima penghinaan yang luar biasa, Ia disamakan dengan seorang penjahat besar, orang rendahan dan di sana Ia dipermalukan dengan ditelanjangin. Ia juga harus menanggung kutuk dengan mati menggantikan manusia berdosa (Gal. 3:13).
Kedua, salib adalah kemuliaan. Setelah mati di atas kayu salib, menanggung penghinaan yang tak terkatakan, kemudian Yesus Kristus dimuliakan oleh Allah. Melalui salib yang hina Kristus menerima kembali kemuliaan-Nya yang sudah ada dalam kekekalan. Tiga hari setelah kematian-Nya yang hina, Kristus bangkit dengan mengenakan tubuh kemuliaan, tubuh surgawi; lalu Ia kembali dimuliakan dengan naik ke surga, tempat-Nya semula yang mulia; di sana Ia duduk di sebelah kanan Allah, tempat yang termulia. Dan kelak akan datang dalam kemuliaan-Nya untuk menghakimi isi dunia ini.
Saudara yang terkasih, Yesus Pribadi yang Agung itu pernah tersalib, menanggung penghinaan yang luar biasa. Ia mati terhina di atas kayu salib bukan karena dosa-Nya, tetapi karena pemberontakan kitalah kepada Allah maka Ia mati tersalib demi menanggung dosa-dosa kita. Mari kita menghargai pengorbanan yang besar ini dengan hidup dalam pertobatan, jangan lagi hidup dalam dosa. Kita juga bersyukur karena melalui salib itulah Kristus dimuliakan dan kita anak-anak-Nya boleh dilayakkan untuk ambil bagian dalam kemuliaan itu.
Share on Google Plus

About MEZBAH PETRA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.