Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!
(Yunus 2:9)
Membaca kalimat di atas, barangkali kita akan menemukan suatu kejanggalan lalu berkata: bagaimana mungkin seseorang mampu bersyukur ketika ia sedang menderita? Itu sama saja ia mensyukuri penderitaannya. Dan itu adalah kebodohan. Bukankah biasanya orang yang menderita mengeluarkan kata-kata keluhan, umpatan, kemarahan bahkan caci maki dari mulutnya, ketika ia sedang menderita dan bukan ucapan syukur.
Memang benar, lumrah sekali mengeluarkan kata-kata yang tidak membangun ketika kita sedang diperhadapkan dengan penderitaan di dunia ini. Namun apa yang disebut lumrah itu sesungguhnya berasal dari kedagingan manusiawi kita. Sementara Alkitab mengajarkan hal yang lain. Lewat kehidupan Yesus kita bisa tahu bahwa Alkitab mengajarkan demikian: orang percaya harus bisa bersyukur kepada Allah sekalipun dalam penderitaan.
Pengajaran Alkitab ini tentu tidak bisa diterima apabila dilihat dari kaca mata manusia. Tetapi jika kita lihat dari kaca mata rohani maka itu bisa diterima, lebih bisa memberkati kita yang kenyataannya sering mengalami penderitaan di dunia ini. Penderitaan bisa menimpa seseorang oleh karena imannya sedang diuji atau bisa juga oleh karena kesalahan/dosa yang ia lakukan di hadapan Tuhan.
Dalam kisah Yunus, penderitaan muncul sebagai akibat dari kesalahannya. Yunus tidak melakukan firman Tuhan. Ia mengeraskan hati dan lari jauh dari hadapan Tuhan. Akibatnya Tuhan menginjikan Yunus ditimpa malapetaka dan berada dalam perut ikan besar selama 3 hari 3 malam. Ketika Yunus mengalami kemalangan ini, ia tahu apa yang perlu ia lakukan, yaitu mengucap syukur kepada Allah. Mengucap syukur, sekali lagi bukan mensyukuri penderitaan tetapi bersyukur oleh karena melalui kejadian itu tangan kasih Tuhan masih setia menegur dengan maksud supaya anak-Nya yang salah jalan kembali lagi kepada-Nya.
Apa yang dialami Yunus ini bisa saja menimpa kita atau barangkali sudah sering kita alami yaitu melakukan kesalahan/dosa di hadapan Tuhan yang akhirnya membawa penderitaan bagi diri kita. Jikalau kita dalam keadaan demikian, maka kita harus tetap bersyukur kepada Allah dan kembali kepada-Nya.