NATAL
I. PENDAHULUAN
Hari ini merupakan hari bahagia bagi setiap orang Kristen di seluruh dunia. Hari ini natal kembali dirayakan. Kartu ucapan selamat natal dikirim ke orang-orang terdekat, kado natal dibagikan, lagu-lagu natal diperdengarkan di banyak tempat, drama natal dipentaskan, khotbah natal diberitakan di mimbar-mimbar Kristen dan masih banyak lagi hal yang menyemarakkan natal. Itu sesuatu yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan sepertinya tradisi ini tidak akan pernah berhenti – semua orang menikmatinya.
Menikmati natal pada tahun ini boleh saja. Namun satu hal yang tidak boleh kita lupakan, yaitu arti natal itu sendiri. Sangat menyedihkan kalau banyak diantara kita merayakan natal turun temurun tetapi tidak memahami makna sebenarnya. Karena itu di bawah ini kita akan melihat apa itu yang dimaksud dengan natal?
II. ARTI NATAL
Istilah natal yang kita kenal sekarang ini berasal dari kata noel yang berarti lahir. Dan kemudian istilah ini selalu diidentikkan dengan kelahiran Kristus dan dirayakan setiap tahun pada tanggal 25 Desember. Kelahiran Kristus sendiri diakui memang bukan pada tanggal 25 Desember tersebut. Ada banyak bukti yang membantah tanggal 25 Desember sebagai kelahiran Kristus, salah satunya, yaitu pada bulan tersebut adalah musim dingin di Israel sehingga tidak mungkin para gembala ada di padang Efrata waktu itu (Lukas 2:8-20). Lagi pula konon ceritanya tanggal tersebut merupakan hari raya agama kafir sebelum kekristenan masuk ke Eropa. Oleh orang-orang Eropa yang sudah menjadi Kristenlah yang menggantikan hari tersebut dan menjadikannya sebagai hari raya Kristen tepatnya hari kelahiran Kristus.
Terlepas dari perdebatan tanggal ‘keramat’ ini masih ada yang lebih penting lagi dari itu, yaitu arti kelahiran itu sendiri. Untuk kita yang hidup saat ini natal bukan lagi sebatas kelahiran Kristus dua ribu tahun yang lalu apalagi cuma perayaan tanggal 25 Desember. Tetapi lebih dari itu natal merupakan kelahiran Kristus dalam hati (baca: hidup) kita masing-masing. Bila kita percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita maka itulah yang disebut natal sejati.
III. KESEDERHANAAN NATAL
Natal pertama yang terjadi kurang lebih dua ribu tahun yang lalu di kota kecil, Betlehem tidaklah sama dengan natal kita saat ini. Waktu itu natal dirayakan dalam tekanan, kemiskinan, dan kesepian malam kota Betlehem. Di sana tidak ada pesta besar, dekorasi yang mewah, lagu-lagu yang gegap gempita dan segala bentuk semarak natal yang kita kenal seperti hari ini. Semuanya berlangsung dalam kesederhanaan. Dan bahkan tidak ada warga kota yang mau peduli dengan dua anak manusia (Yusuf dan Maria) yang sedang panik mengurus Bayi natal yang baru saja lahir. Hanyalah kandang, palungan, binatang dan bahkan mungkin kotoran yang menjadi saksi bisu atas peristiwa besar itu yang di kemudian hari akan mengguncangkan dunia. Dalam kesederhanaan itu pastilah tidak pernah terbayangkan dalam pikiran Maria dan Yusuf bahwa di masa depan natal akan menjadi perayaan besar orang Kristen di seluruh dunia yang penuh kemewahan dan menghabiskan dana ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Allah dalam hikmat-Nya tentu punya maksud yang tak terselamai oleh kita kenapa Ia menginjikan Anak terkasih-Nya lahir dalam kondisi seperti itu. Sebenarnya Allah dalam kemahakuasaan-Nya bisa saja mengatur supaya Anak-Nya lahir di tempat terhormat katakanlah istana Herodes dan Ia bisa mengatur juga supaya peristiwa besar itu disambut dengan perayaan besar. Tapi ternyata Allah tidak melakukan itu. Ketika Yesus lahir dalam keprihatinan Allah terkesan diam saja. Kenapa?
Alkitab mencatat bahwa Yesus lahir dalam kesederhanaan. Dan bukan hanya itu, hampir sepanjang hidup Anak Allah itu dijalani dalam kesederhanaan. Hal itu terjadi karena Yesus datang ke dunia bukan sebagai selebriti (orang terkenal) tetapi sebagai Juruselamat manusia. Dalam tugas-Nya sebagai Juruselamat Yesus tidak hanya duduk diam dan menunggu manusia datang kepada-Nya. Tidak! Tetapi ia datang menyelami dunia manusia yang penuh dengan air mata dan kepahitan hidup. Ia menunjukkan empati-Nya kepada kita. Dan empati itu diawali di kandang hina di Betlehem sana. Itulah salah satu alasan kenapa Yesus harus lahir dalam kesederhanaan.
Karena itu dalam setiap perayaan natal kita jangan pernah melupakan kesederhanaan natal pertama itu dan maksud di baliknya. Zaman bisa saja mengkondisikan kita untuk merayakan natal dalam bentuk pesta-pesta seperti yang sedang berlangsung saat ini di banyak tempat. Perayaan tidak salah, pesta bukan dosa dan kemewahan tidak tabu. Itu bisa kita adakan dalam kerangka sebagai wujud ucapan syukur akan karunia Allah yang telah memberikan Anak-Nya yang tunggal sebagai Juruselamat kita. Dan yang lebih penting lagi, yaitu dalam perayaannya gereja perlu menyatakan kesederhanaan tadi dalam bentuk kepeduliaan dengan orang-orang yang tak ‘tergembalakan’ (yang mengalami ketidakadilan, musibah, fakir miskin dan orang-orang yang terpinggirkan). Hal seperti itulah yang pernah dilakukan oleh Kristus.
IV. NATAL DAN MISI GEREJA
Natal disamping berbicara tentang kesederhanaan itu juga berbicara tentang misi. Sebagaimana yang tadi sudah disinggung di atas, Kristus datang ke dunia ini sebagai Juruselamat. Alkitab mencatat demikian: Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. (Lukas 19:10). Itulah tujuan Kristus dan itulah alasan kenapa natal sampai terjadi. Sekarang pertanyaannya bagi gereja, adakah misi yang bagian dari natal itu sudah dijalankan atau barangkali sudah dijalankan tetapi masih setengah hati?
Kenyataannya memanglah demikian. Dewasa ini gereja begitu banyak dimanjakan dengan keuntungan-keuntungan yang tidak dimiliki oleh gereja purba, sebut saja diantaranya kekayaan materi, kebebasan beribadah, organissasi yang kuat dan berbagai fasilitas moderen yang menunjang ’pertumbuhan’ gereja. Dalam keadaan demikian ada banyak gereja yang sudah terlena yang hanya memikirkan ‘kebesaran’ tubuhnya.saja, terlebih pada moment natal seperti sekarang ini gereja begitu disibukkan dengan perayaan-perayaannya dan misi menjadi terpinggirkan. Sungguh menyedihkan gereja melepasakan misi dari natal – sesuatu yang bertentangan dengan apa tujuan kelahiran Kristus di dunia ini dua ribu tahun yang lalu.
Kristus telah lahir untuk suatu misi agung, yaitu menyelamatkan orang berdosa dan misi itu telah membuahkan hasil, yaitu gereja-Nya. Hanya karena Kristuslah maka gereja telah mengalami natal. Sekarang natal menjadi hak gereja tetapi itu tidak boleh disimpan sebagai milik gereja saja. Natal perlu dibawa (beritakan) sampai jauh ke ujung-ujung bumi (Matius 28:19-20).
V. MEMASYARAKATKAN NATAL
Bila misi mempunyai keterkaitan yang erat dengan natal itu artinya natal harus dimasyarakatkan. Dalam memasyarakatkan natal gereja sangat terbantu dengan partisipasi banyak pihak yang ikut mengkumandangakan natal sepanjang bulan Desember tiap-tiap tahun. Itu adalah keuntungan yang tidak pernah terpikirkan oleh gereja.
Adapun pihak-pihak yang ikut berpartisipasi memasyarakatkan natal contohnya pusat-pusat perbelanjaan, hotel-hotel, industri perfileman, stasiun-stasiun televis dan masih banyak lagi. Dengan semuanya ini natal dikenal luas oleh masyarakat luas. Dan bahkan ada banyak orang yang terlibat dalam acara natal atau setidaknya mengenakan atribut-atribut natal walaupun ia bukan seorang percaya. Jadi dari situ kita bisa melihat bahwa partisipasi pihak-pihak ini begitu besar dampaknya dalam upaya memasyarakatkan natal.
Walaupun demikian tetapi gereja tidak dapat melepaskan tanggungjawabnya dalam memasyarakatkan natal dan menyerahkannya pada pihak lain. Kalau itu sampai terjadi maka itu disebut kekeliruan besar. Justru dengan melihat partisipasi pihak luar tadi mestinya gereja, kita orang percaya terdorong untuk lebih giat lagi dalam memasyarakatkan natal. Kita harus malu bila orang lain kenal natal dari pusat perbelanjaan, hotel, televise atau dari film dan bukan dari kita, orang percaya yang sudah mengalami natal itu.
VI. PENUTUP
Hari ini natal. Kita merayakannya kembali. Dan sebelum jauh masuk dalam perayaan itu mari kita ambil satu perenungan. Adakah kita sudah mengerti apa itu natal? Apakah kita mengerti makna di balik kesederhanaan natal? Apakah kita sudah menjalankan misi sebagai bagian dari natal? Dan apakah kita sudah terlibat dalam memasyarakatkan natal itu? Apa jawabmu saudara??? Selamat Natal.