Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluyah, Mazmur 117:1-2
Kata pujian (ditambah penyembahan) tidak dapat dilepaskan dari ibadah orang Kristen, khususnya dalam gereja-gereja yang menamakan dirinya sebagai gereja kharismatik. Pujian ini menempati posisi penting. Dan karena begitu pentingnnya sehingga apabila dalam suatu ibadah tidak ada pujian maka ibadah itu boleh dikatakan belumlah lengkap.
Keberadaan pujian dalam ibadah tidaklah salah tetapi justru itu sangat baik dan sesuai ajaran Alkitab. Kalau kita melihat ke belakang dan memeriksa ibadah umat Tuhan zaman dulu pastilah kita akan menemukan bahwa pujian merupakan bagian tak terpisahkan dari ibadah mereka. Dan hebatnya, puji-pujian mereka itu masih kita warisi sampai sekarang, misalnya yang tertulis dalam Kitab Mazmur dan Kidung Jemaat.
Belajar dari puji-pujian umat Tuhan zaman dulu, khususnya yang tertulis dalam Mazmur 117 ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan ketika sedang menaikan pujian.
Yang pertama, kita harus tahu kepada siapa pujian diberikan? Lalu, yang kedua, siapa yang pantas memuji? dan yang ketiga adalah apa alasannya memuji?
Jawaban yang pertama tentulah Tuhan. Alkitab mengajarkan bahwa dalam ibadah kita yang menjadi fokus puji-pujian adalah Tuhan saja dan bukan yang lain. Jadi biarlah ketika sedang menyanyikan puji-pujian, Allah saja yang menjadi pusat dan tujuaan kita. Kelirulah kalau pujian dimaksud untuk memenuhi kepuasan batin manusia.
Lalu jawaban yang kedua, adalah setiap orang. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia tanpa terkecuali harus tahu untuk memuji Tuhan. Memang dalam prakteknya sedikit saja yang mau memuji Tuhan sedangkan yang lainnya justru menghujat nama Penciptanya.
Dan jawaban yang ketiga adalah karena kasih dan kesetiaan Tuhan. Setiap manusia harus memuji Tuhan bukan saja karena kita adalah ciptaan Tuhan tetapi lebih lagi dari itu karena Tuhan senantiasa mengasihi dan setia kepada kita. Amin.