Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
(Matius 2:10-11)
Jauh-jauh hari sebelum malam natal, malam 25 Desember tiba seperti hari ini, persiapan demi persiapan sudah lama dilakukan. Beberapa bulan sebelumnya panitia natal telah dibentuk, kemudian disusul dengan aksi penggalangan dana, mempersiapkan paduan suara dan tentu saja tidak ketinggalan tangan-tangan yang kreatif mendekorasi ruangan seindah mungkin. Apa yang sudah dilakukan selama ini pastilah sangat melelahkan. Dan akhirnya yang menjadi pertanyaannya adalah: sesudah semuanya itu selanjutnya bagaimana? Sesudah persiapan yang melelahkan itu, selanjutnya apa yang harus dilakukan lagi ketika malam natal itu tiba?
Ini pertanyaan sederhana tetapi perlu dijawab dengan bijak karena melalui pertanyaan itulah kita bisa mengetahui apa sebenarnya tujuan kita berlelah-lelah selama ini untuk menyambut datangnya natal. Dan untuk menjawab pertanyaan sederhana itu mari kita perhatikan sejenak kisah orang Majus.
Alkitab katakan bahwa orang-orang Majus dari Timur (kemungkinan negara Irak/Iran) melihat sebuah bintang yang menandakan lahirnya Mesias, yaitu Yesus Kristus. Dengan tuntunan bintang itulah para Majus meninggalkan negeri mereka dan menempuh perjalanan yang kurang lebih 2 tahun. Menempuh perjalanan selama 2 tahun bukanlah perjalanan yang mudah apalagi di masa yang masih terbatas akomodasinya. Itu pasti merupakan perjalanan yang berbahaya, membosankan, menguras tenaga, materi dan waktu – singkatnya itu adalah perjalanan yang sangat melelahkan.
Walaupun kenyataannya demikian tetapi kita tidak pernah membaca dalam Alkitab bahwa orang-orang Majus itu membatalkan perjalanan mereka dan tidak lagi mencari Bayi Natal, sebaliknya dengan penuh semangat juang mereka terus dan terus mencari dimana tempat lahirnya Yesus Kristus?
Di penghunjung perjalanan mereka itu tiba-tiba mereka melihat kembali bintang yang pernah mereka lihat di Timur, berhenti di kota Betlehem. Melihat itu orang-orang Majus sangat bersukacita lalu mereka masuk ke rumah di mana bayi Yesus yang sudah berumur kurang lebih 2 tahun berada. Tidak sampai di situ saja, orang-orang Majus itu pun yang adalah orang-orang istimewa dengan penuh kerendahan hati mereka sujud menyembah Yesus dan mempersembahkan kepada-Nya emas, kemenyan dan mur – persembahan yang terbaik. Mereka memandang Yesus bukan hanya sebagai anak kecil saja tetapi lebih dari itu mereka memandang sebagai Raja Mahabesar yang telah turun ke dalam dunia. Akhirnya perjalanan yang melelahkan selama 2 tahun dibayar lunas dengan bertemunya orang-orang Majus ini dengan pribadi Yesus Kristus. Hati mereka dipenuhi sukacita sejati.
Jemaat Petra, perjalanan orang-orang Majus ini bolehlah kita bandingkan dengan persiapan natal kita selama ini. Sama seperti orang-orang Majus, selama ini kita sudah berlelah-lelah menyambut tibanya malam natal. Dan setelah malam natal itu tiba selanjutnya biarlah kita sama seperti orang-orang Majus, hati kita pun dipenuhi dengan sukacita sorgawi karena kita boleh bertemu secara pribadi dengan pribadi Yesus Kristus.
Bintang natal telah berhenti, malam natal pun telah tiba, bersukacitalah dan sambut Rajamu.