FIGUR SUAMI DAN AYAH DI DALAM KELUARGA KRISTEN

Ayah dan Suami Teladan
Seorang anak datang ke rumah Pak Pendeta dengan muka yang sangat sedih. Ia mohon agar Pak Pendeta mau datang ke rumahnya karena ada yang sakit di sana dan perlu didoakan. Dengan tergopoh-gopoh Pak Pendeta datang ke rumah anak itu, tetapi betapa kagetnya ia karena yang sakit hanyalah kucing peliharaan anak itu. Meskipun demikian, agar tidak mengecawakan anak itu, Pak Pendeta tersebut berdoa, “Hai kucing, kalau kamu mau mati, matilah, dan kalau kamu mau hidup, hiduplah. Amin.” Kemudian Pak Pendeta itu pulang.
Beberapa hari kemudian kucing itu sembuh, sehingga anak itu sangat gembira. Untuk menyatakan rasa terima kasihnya ke Pak Pendeta, ia membuat sebuah lukisan. Setelah lukisan itu selesai, ia segera membawanya ke rumah Pak Pendeta, tetapi tidak ada orang yang membukakan pintu untuknya, meskipun ia sudah mengetuknya beberapa kali. Ia hampir beranjak pergi, ketika didengarnya pintu dibuka oleh Pak Pendeta yang kelihatan kuyu dan tidak sehat. Anak itu dipersilakan masuk dan ia lalu menyerahkan lukisan hasil karyanya kepada Pak Pendeta. Sebelum pulang, ia meminta izin kepada Pak Pendeta untuk mendoakannya. Dengan wajah yang serius, anak ini lalu berdoa, “Hai Pak Pendeta, kalau kamu mau mati, matilah, dan kalau kamu mau hidup, hiduplah. Amin.”
Kisah ini menggambarkan bahwa anak mudah menirukan sikap dan gaya orang yang lebih tua, karena itu kita harus selalu menjaga perilaku kita dan memberikan teladan yang baik kepada mereka. Ulangan 6:4 dengan jelas mengatakan, “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Ayah akan mudah mendidik anak-anaknya apabila anak-anaknya mempercayainya, demikian pula istrinya.
Ada beberapa saran agar istri dan anak-anak memercayai ayah:

1. Jujur
Seorang ayah harus jujur mengakui kesalahannya kepada anak dan istrinya, demikian pula kepada orang lain. Buatlah suasana akrab di dalam keluarga, agar masing-masing mau mengakui perbuatannya yang salah dan meminta maaf, sehingga dapat dicarikan jalan keluarnya. Orangtua yang tidak rendah hati mengakui kesalahannya, memberikan teladan buruk kepada anak-anaknya, dan kelak juga akan menanggung akibatnya.

2. Integritas
Kepentingan keluarga dan kepentingan bersama harus didahulukan. Hal ini dicontohkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia berdoa di taman Getsemani untuk menyerahkan diri sebagai penebusan dosa manusia: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Mat. 26:42). Billy Graham pun tidak gentar menghadapi celaan orang banyak ketika ia mengunjungi seorang pendeta yang di penjara karena korupsi, “sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10).

3. Komunikasi
Komunikasi sangat penting di dalam sebuah keluarga dan harus dimulai sejak awal pernikahan. Anak-anak yang sejak kecil dididik untuk membina komunikasi yang baik dengan orangtua mereka, akan selalu merasa nyaman untuk mencurahkan isi hati kepada orangtua mereka, meskipun mereka sudah beranjak dewasa.
Untuk bisa berkomunikasi dengan baik, ayah yang bijaksana harus lebih banyak mendengarkan anak dan tidak cepat membuat kesimpulan sendiri yang akhirnya membuat anak menutup diri. Buatlah suasana yang terbuka dan bersahabat, dan hindarilah penggunaan kata-kata yang otoriter dan merasa benar sendiri. Sedapat mungkin, berbicaralah kepada anak dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti. Ada pepatah yang mengatakan, “Masuklah kandang ayam dengan berkotek-kotek, dan masuklah kandang kambing dengan mengembik.”
Keempat pokok di atas sangat membantu seorang ayah di dalam mendidik anak-anaknya, karena mereka memercayainya dengan sepenuh hati. Kita juga harus selalu melibatkan Tuhan di dalam mendidik anak-anak kita, karena anak-anak merupakan anugerah indah yang Tuhan percayakan kepada kita untuk dipelihara dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
Memang tidak mudah mendidik anak-anak, karena kita tidak dapat terus-menerus bersama mereka. Banyak hal yang dapat memengaruhi mereka, baik teman-teman, lingkungan, televisi, ataupun internet, yang belum tentu berdampak baik bagi pertumbuhan mereka. Namun kita harus berpikir positif dan melakukan tugas yang menjadi bagian kita. Tuhan akan menolong kita.

Think the right thing.
Do your best and God will
do the rest.
Share on Google Plus

About MEZBAH PETRA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.