PENTAKOSTA

Pendahuluan
Sebagaimana Paskah yang adalah warisan Yahudi demikian juga dengan Pentakosta yang kita rayakan hari ini. Awalnya Pentakosta diadakan sebagai salah satu dari tiga pesta utama agama Yahudi, yakni Paskah, Pondok Daun dan Pentakosta. Fakta ini membuktikan bahwa kekristenan tidak dapat dilepaskan dari akar Yahudinya.

Pentakosta dalam budaya Yahudi
Kalau kita membuka seluruh PL kita tidak akan pernah menemukan satu katapun istilah ‘pentakosa.’ Dalam PL pentakosata lebih dikenal sebagai Hari Raya Tujuh Minggu / Hari Raya Menuai / Hari Raya Bungaran (Kel. 23:16; Bil. 28:26). Orang Israel mengadakan perayaan  sebagai  pernyataan syukur  kepada  Yahweh  atas hasil panennya. Pada hari itu mereka juga memperingati peristiwa diberikannya hukum Taurat di Gunung Sinai. Hari Raya Tujuh Minggu ini dirayakan 50 hari sesudah paskah. Yesus dan jemaat mula-mula yang berlatarbelakang Yahudi (pasti) ikut merayakan Hari Raya Tujuh Minggu ini (KPR 2:1).
 
Pentakosata dalam kekristenan
Dalam PB istilah pentakosta bisa ditemukan di KPR 2:1,16; 1 Kor. 16:8. Sekalipun pentakosta ini adalah warisan Yahudi (PL) namun dalam kekristenan (PB) pentakosta mengalami pergesaran makna yaitu mengungkapkan turunnya Roh Kudus atas rasul-rasul yang membawa dampak besar yaitu lahirnya gereja (KPR 2).

Ada 3 hal yang menarik pada hari pentakosata atau turunnya Roh Kudus ini:
v Pencurahan Roh Kudus itu disertai dengan “bunyi seperti tiupan angin keras” yang menegaskan bahwa kehadiran Roh Kudus selalu menggerakkan, merubah atau mempengaruhi.
v Lalu “tampaklah lidah-lidah seperti nyala api” yang menyimbolkan pembaharuan dan pengudusan.
v Membuat para rasul mampu “berbicara dalam bahasa-bahasa lain” menandakan tonggak untuk memberitakan kabar keselamatan kepada bangsa-bangsa lain.
Share on Google Plus

About MEZBAH PETRA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.