Dalam inkarnasi-Nya (penjelemaan) menjadi manusia,
Yesus memilih menjadi bagian dari bangsa Yahudi/Israel (sesuai nubuatan). Dan dalam
keyahudian-Nya, Yesus dengan taat mengenakan dalam diri-Nya seluruh hal yang
berhubungan dengan Yahudi termasuk agama Yahudi itu sendiri yang dikenal
sebagai Yudaisme. Walaupun Yesus pernah ’beragama’ namun ada beberapa fakta
penting yang perlu kita ketahui tentang Yesus dan hubungannya dengan agama
(termasuk Yudaisme).
1. Yesus tidak membutuhkan agama
Sejak kejatuhan dalam dosa,
manusia sudah memikirkan untuk mendirikan agama sebagai alat untuk mencari
Tuhan (bdg. Kej. 4:3-5). Manusia mengira bahwa melalui agama ia bisa menemukan
Tuhan dan dengan menjalankan ritual-ritual agama dosa-dosanya bisa diampuni. Terlepas
dari benar atu tidaknya pemikiran demikian, satu hal yang perlu digaris bawahi
di sini adalah manusia butuh agama.
Betul, semua manusia membutuhkan
agama. Tetapi Yesus tidak demikian. Yesus tidak membutuhkan agama karena Ia adalah Tuhan; dan tidak perlu
mencari Tuhan. Lagi pula
Yesus tidak membutuhkan ritual agama untuk penghapusan dosa karena Ia pribadi
Allah yang Mahakudus dan sempurna.
Kalaupun Yesus pernah menjadi
bagian Yudaisme itu bukan untuk kebutuhan rohani-Nya. Tetapi semata-semata karena
ketaatan-Nya sebagai seorang Yahudi. Hal ini bisa kita bandingkan dengan
peristiwa pembaptisan-Nya. Pada saat Yesus datang untuk dibaptis, Yohanes
Pembaptis mencegah-Nya, tetapi Yesus mengatakan: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita
menggenapkan seluruh kehendak Allah.”
2. Yesus datang tidak untuk kepentingan agama
Yesus datang ke dunia tidak
untuk mendirikan agama atau mengurus agama. Walaupun Ia punya peluang besar
untuk mendirikan dan membesarkan agama tertentu tetapi Ia tahu bahwa tujuan
kedatangan-Nya ke dalam dunia bukan untuk itu.
Yesus datang ke dunia untuk
melakukan misi yang jauh lebih besar dari pada sekedar mengurus agama. Misi
utama Yesus adalah mencari dan menyelamatkan manusia berdosa. Hal itu terlihat
dari ucapan-Nya: ”Sebab Anak Manusia
datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10). Yesus yang adalah
Allah rela mengosongkan diri-Nya, dan menjadi sama seperti manusia hanya demi
misi itu – bukan mengurus agama.
3. Agama tidak bisa membawa orang ke sorga
Di atas sudah dijelaskan bahwa
manusia mendirikan agama karena mengira melalui agama ia bisa bertemu dengan
Tuhan dan masuk sorga. Akibatnya umat manusia berlomba-lomba mendirikan agama
menurut versi masing-masing; dan tidak sedikit diantaranya mau bertikai dan
saling membunuh demi mempertahankan agamanya.
Di tengah ketekunannya
menjalankan agamanya, manusia lupa satu hal bahwa agama hanyalah buatan manusia
dan tidak akan pernah berhasil menghantarnya masuk sorga. Iya, manusia tidak
bisa masuk sorga kecuali Allah sendiri datang menyelamatkannya.
Dan Allah itu telah datang ke
dunia serta berkata: "Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku (Yohanes 14:6). Itulah yang diajarkan dalam Kitab
Suci Kristen.