IMMANUEL

1. Pendahuluan
Sebentar lagi Bulan Desember dan kita akan merayakan natal. Ketika memasuki bulan itu kita akan mendengar kembali pesan-pesan natal yang dikemas dalam berbagai istilah. Salah satu istilah yang sering muncul dalam pesan-pesan natal ialah kata Immanuel.
Kata Immanuel ini memang tidak bisa dilepaskan dari perisitwa kelahiran Yesus sehingga tidak heran kalau para pendeta atau panitia natal menjadikannya sebagai tema-tema khotbah. Sebagai bagian dari pesan natal yang dikhotbahkan setiap tahun tentu kita sudah memahami apa itu Immanuel. Walaupun begitu namun tidak salah juga kalau kita kembali membuka diri untuk mempelajari istilah Immanuel ini dalam bahasa yang berbeda.

2. Arti Immanuel
Kata Immanuel bukanlah istilah yang diambil dari bahasa Indonesia. Ini merupakan istilah Ibrani. Dalam Alkitab kata ini tidak banyak muncul. Yang tercatat hanya tiga kali kata Immanuel ditemukan, yaitu dua kali dalam PL (Yes. 7:14 dan 8:8) dan sekali dalam PB (Mat. 1:23). Mungkin juga dipakai dalam Yes. 8:10.
Arti kata ini secara sederhana berarti Allah beserta kita. Immanuel atau penyertaan Allah ini bukan cuma slogan belaka. Ini mempunyai arti yang sangat dalam jika dilihat dari konteksnya.
Ketika kata Immanuel dituliskan pertama sekali dalam Kitab Yesaya pada saat itu situasi di kerajaan Yehuda sedang mencekam. Dua kerajaan tetangganya yaitu Aram dan Israel memaksa kerajaan Yehuda untuk menggabungkan kekuatan dan melawan kerajaan Asyur yang menjadi ancaman bersama bagi mereka. Dalam situasi seperti itu tentu Yehuda mengalami kebingungan dan terpojokkan. Bila Yehuda bergabung dengan Aram dan Israel akibatnya Asyur akan menyerangnya. Sebaliknya bila Yehuda tidak memihak Aram dan Israel keduanya akan menyerang Yehuda. Jadi saat itu kerajaan warisan Salomo ini diperhadapkan dalam situasi yang ibarat makan buah simalakama (makan buah ayah mati, tidak makan buah ibu mati). Mau pilih yang mana? Tidak tahu, bingun.
Namun syukur kepada Allah, di saat-saat yang sulit seperti itu datang firman Allah kepada bangsa Yehuda melalui Yesaya. Allah berfirman supaya Yehuda tidak usah takut menghadapi ancaman musuh-musuhnya. Allah menjanjikan kelepasan bagi mereka. Dan untuk meneguhkan janji-Nya itu Allah menyuruh raja Yehuda yang waktu itu adalah raja Ahas untuk meminta suatu tanda. Tapi sayang ia tidak mau. Karena Ahas enggan meminta tanda maka Allah sendiri berinisiatif untuk memberikan tanda tersebut. Tanda yang dimaksud adalah akan lahirnya seorang anak laki-laki dari seorang perawan muda. Dan anak itu akan diberi nama Immanuel yang artinya Allah beserta kita. Janji ini merupakan pertanda baik akan penyertaan Allah bagi orang Yehuda yang sedang dalam kesesakan.
Dalam kekristenan di kemudian hari diketahui bahwa Immanuel ini tidak langsung dinyatakan pada zaman Ahas dalam kerajaan Yehuda tetapi itu baru digenapi dalam diri Yesus Kristus ratusan tahun kemudiaan di kota Betlehem sana. Walaupun begitu namun Immanuel atau penyertaaan Allah sungguh dinyatakan di tengah-tengah kerajaan Yehuda. Kerajaan ini benar-benar dilepaskan dari tangan Aram dan Israel.

3. Pentingnya Immanuel
Kata Immanuel ini atau tepatnya penyerataan Allah ini merupakan sesuatu yang amat penting bagi orang Yehuda pada masa-masa kesesakan mereka. Dengan Immanuel-lah mereka bisa lepas dari tangan musuh-musuh mereka. Jadi suka atau tidak suka orang Yehuda amat membutuhkan Immanuel. Hal yang sama pun dibutuhkan oleh setiap orang yang ada di dunia ini.
Alasan bahwa setiap orang membutuhkan Immanuel adalah karena keberadaan manusia yang sudah jauh dari hadirat Allah. Dan dengan status yang jauh dari hadirat Allah seringkali manusia diperhadapkan dengan masalah-masalah pelik yang memojokkannya sama seperti yang dialami oleh bangsa Yehuda pada zaman dulu bahkan lebih lagi! Itu adalah realita kehidupan yang tidak terbantahkan. Di saat-saat manusia terpojok oleh masalah ia perlu pertolongan Allah yang bisa membawanya keluar dari masalah tersebut. Tapi bukankah manusia sudah jauh dari Allah, tepatnya sudah dijauhkan dari hadirat Allah.
Pada mulanya, di awal penciptaan manusia memang masih dekat dengan Allah – manusia masih merasakan betul apa itu yang namanya Immanuel. Namun oleh karena pemberontakan Adam dan Hawa di Taman Eden terjadilah suatu drama pengusiran manusia dari hadirat Immanuel (Kej. 3:23-24). Sejak itu manusia tidak lagi bersama-sama dengan Allah dan Allah tidak lagi berkenan bersama-sama dengan manusia. Jadi dengan kata lain sejak kejatuhan dalam dosa kata Immanuel merupakan sesuatu yang hanya ada di angan-angan saja.
Lalu dalam perjalananya ternyata manusia merindukan kembali Immanuel, penyertaan Allah itu. Manusia berupaya dengan berbagai cara untuk mencapai Immanuel sehingga tidak heran kalau banyak muncul agama atau kepercayaan tertentu yang mengajarkan jalan kepada Allah. Tapi ajaran jalan menuju Allah tinggallah ajaran yang tidak ada kepastiannya sementara itu manusia tidak pernah sampai kepada Allah. Allah tetap saja jauh dari manusia. Allah di surga sana dan manusia di bumi sini. Antara keduanya ada jarak yang tidak terseberangi. Kalau begitu, lalu selanjutnya bagaimana? Pertanyaan itu akan terjawab nanti namun sebelumnya mari kita lanjutkan dulu dengan pembahasan tentang pentingnya Immanuel.
Immanuel menjadi sesuatu yang penting bagi manusia, sekali karena memang manusia pada dasarnya lemah. Di saat ada masalah ia perlu pertolongan Allah. Dan pertolongan itu baru nyata bila Allah ada beserta manusia. Itu juga yang menjadi janji Kristus dalam Matius 11:28 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Jadi dengan Immanuel sajalah manusia baru bisa merasakan damai, kelegaan yang dari pada Allah.
Terlepas dari alasan ketergantungan manusia kepada Allah sehingga ia selalu membutuhkan Immanuel di sini ada alasan lain juga kenapa Immanuel ini begitu penting bagi manusia. Manusia membutuhkan Immanuel karena dari mulanya manusia memang sudah dirancang untuk tinggal bersama dengan Allah dan Allah bersama dengan manusia (Immanuel) bukan sebaliknya menjauh dan menjauh terus dari Allah. Jadi kenapa manusia membutuhkan Immanuel? Jawabannya karena hakekatnya (esensi) manusia itu adalah tinggal dalam hadirat Allah dan menikmati persekutuan dengan-Nya. Bila ini tidak terpenuhi maka kemanusiaan manusia akan pincang. Bukankah itu yang terjadi ketika manusia jauh dari pada Allah?

4. Immanuel Dinyatakan
Hakekat manusia memang tinggal bersama dengan Allah. Tapi karena dosa maka itu tidak mungkin lagi dilakukan. Manusia perlu satu cara atau jalan untuk memulihkan keadaan seperti sedia kala. Cara atau jalan itu terjawab sudah dalam kelahiran Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu.
Kelahiran Yesus sudah dinubuat dalam banyak ayat Perjanjian Lama. Salah satu ayat itu, yaitu yang tertulis dalam Yes. 7:14 demikian: “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan akan menamakan Dia Immanuel (Allah beserta kita).” Dulu orang Yahudi dan juga banyak orang pada masa ini memandang ayat ini sebagai nubuatan tentang seorang utusan Allah (manusia biasa) yang akan membawa pertolongan bagi manusia.
Tapi sebenarnya pribadi yang dinubuatkan ini lebih dari seorang manusia biasa. Kelak dalam diri Yesus orang akan melihat bahwa utusan Allah itu bukan saja membawa pertolongan atau kelepasan. Lebih dari pada itu, sesuai dengan nama-Nya pribadi yang dinubuatkan itu menghadirkan kembali Immanuel, Allah di tengah-tengah manusia.
Yesus adalah Allah sendiri. Dalam Yesus pribadi Allah yang jauh sekarang menjadi begitu dekat dengan manusia. Dalam Yesus Allah kembali beserta manusia. Dan dalam Yesus hakekat manusia untuk tinggal dalam hadirat Allah dipulihkan kembali.

5. Penutup
Immanuel, Allah beserta kita sudah kita pelajari bersama-sama mulai dari artinya, pentingnya Immanuel itu dan bagaimana Immanuel dinyatakan. Sekarang dalam rangka menyongsong natal pada tahun ini mari kita reungkan kembali apakah kita sudah mengalami Immanuel itu. Bila Iya puji Tuhan biarlah kita tetap tinggal dalam hadirat-Nya namun jika belum ambillah keputusan dan masuk ke dalam Immanuel itu. Amin.
Share on Google Plus

About MEZBAH PETRA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.