MAJUS DAN GEMBALA


1. PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini tokoh sinterklaus hampir tidak pernah absen di setiap perayaan natal. Ia selalu ada di sana sebagai kakek tua yang berjenggot dan dengan murah hati membagi-bagikan hadiah natal kepada anak-anak. Sebenarnya sinterklaus tidak ada hubungannya sama sekali dengan natal. Orang-orang Belanda yang berimigran ke Amerikalah yang memasukkannya sebagai bagian tak terpisahkan dari natal. Tapi pada mulanya tidaklah demikian.
Terlepas dari itu ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan setiap tahun dalam perayaan natal, yaitu tokoh-tokoh asli natal. Adapun tokoh-tokoh ini antara lain, yaitu orang-orang majus dan para gembala. Dibandingkan dengan sinterklaus mereka ini adalah saksi mata dan orang-orang yang terlibat langsung dengan peristiwa natal pertama di kota Betlehem. Karena itu janganlah sampai orang-orang majus dan para gembala ini terpinggirkan dengan munculnya sinterklaus.

2. ARTI MAJUS DAN GEMBALA
Kata majus terlebih kata gembala bagi orang Kristen bukanlah kata yang asing. Kata ini biasa didengar dari khotbah-khotbah mingguan khususnya saat natal dan juga bisa dibaca dari dalam Alkitab atau buku-buku Kristen. Walaupun demikian namun ada baiknya juga kalau di sini kita membahas sedikit arti kata majus dan gembala ini.
Dulu istilah majus digunakan untuk salah satu suku di Persia sana (sekarang Iran) yang memegang jabatan imam (berhala tentunya). Daniel juga menggunakan kata ini kepada segolongan orang bijaksana atau ahli nujum yang menafsirkan mimpi dan pesan-pesan dari ‘allah-allah’ (Dan. 1:20; 2:27; 5:15). Kemudian dalam PB kata ini digunakan secara luas kepada semua orang yang mempraktekkan ilmu sihir (bdn. Kis. 8:9; 13:6,8). Jadi orang-orang majus yang tertulis dalam Mat. 2:1-12 sepertinya mereka adalah ahli nujum agamawi non-Yahudi. Mereka menarik kesimpulan dengan mengamati bintang di langit bahwa seorang raja agung dari bangsa Yahudi yang kemudian diketahui bernama Yesus telah lahir di sana.
Sementara itu kata gembala bisa diartikan sebagai orang yang menggembalakan ternak, biasanya ternak domba dan kambing. Pekerjaan sebagai seorang gembala ada banyak tuntutannya dan resikonya. Biasanya seorang gembala harus mencari rumput dan air di daerah yang kering dan berbatu-batu (Mzm 23:2), harus melindungi ternaknya dari cuaca buruk dan binatang buas (Am. 3:12), harus mencari dan membawa ternaknya yang tersesat. Pekerjaan gembala sering kali juga memaksanya untuk tinggal di padang dan berkemah di sana. Itulah alasan kenapa pada malam natal para malaikat menemui para gembala di padang dan bukan di tempat lain (Luk. 2:8-20).

3. TEMPAT ORANG MAJUS DAN PARA GEMBALA DALAM NATAL
Barangkali setiap perayaan natal sebagian diantara kita mempertanyakan kenapa Allah mengizinkan orang-orang majus dan para gembala terlibat dalam peristiwa kelahiran Anak-Nya dan bukan yang lain, yang jauh lebih baik dan layak dari kedua golongan ini. Dalam pemikiran manusiawi orang-orang ini tidak pantas diberi kehormatan menyaksikan secara langsung peristiwa besar di kota Betlehem sana yang akan mengubahkan dunia di kemudian hari. Mereka tidak pantas karena orang-orang majus ini berasal dari bangsa kafir dan para gembala sendiri walaupun kemungkinan mereka orang Yahudi, umat Allah tetapi mereka hanyalah rakyat biasa yang miskin dan tidak punya status sosial.
Keberatan-keberatan ini boleh saja diajukan dan apapun jawaban orang, satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa itu adalah hak mutlak Allah. Allah berhak memutuskan siapa yang dikehendaki-Nya untuk melihat kelahiran Anak-Nya. Dan yang pasti dalam keputusan-Nya melibatkan orang-orang majus dan para gembala dalam kelahiran Mesias ada maksud-Nya di situ.
Maksud Allah untuk melibatkan kedua golongan ini dalam natal pertama, memang tidak dapat kita selami. Seorang pemazmur pernah mengatakan demikian: “Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya.” Karena itu kita tidak dapat menyelami pikiran Allah dan mencari tahu apa semua maksud-maksud-Nya. Walaupun begitu namun dari kisah orang-orang majus dan para gembala ini yang tertulis dalam Alkitab kita bisa menarik beberapa kebenaran dari sana.
Kenyataan bahwa Allah mengijinkan orang-orang majus menyaksikan kelahiran Juruselamat bisa dipahami sebagai pertanda baik dari Allah akan rencana keselamatan bagi bangsa-bangsa kafir. Melalui peristiwa itu dinyatakan bahwa Yesus datang ke dalam dunia ini tidak hanya untuk bangsa Yahudi yang selalu menyombongkan status mereka sebagai umat istimewa Allah. Tetapi lebih lagi dari pada itu Juruselamat datang untuk menyelamatkan umat-Nya yang terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi. Jadi kedatangan orang-orang majus ini kepada Yesus sewaktu Ia masih bayi merupakan pendahuluan bagi kedatangan bangsa-bangsa lain (kafir) di masa yang akan datang kepada Yesus.
Sedangkan kehadiran para gembala dalam kelahiran Yesus menandakan bahwa kelahiran Yesus pun ditujukan kepada orang-orang sederhana yang barangkali tidak dianggap oleh dunia ini. Pada zaman Yesus orang-orang dari golongan atas atau ninggrat, sebut saja mereka kaum Farisi, ahli Taurat dan pejabat-pejabat pemerintah menikmati banyak keuntungan-keuntungan agamawi,. Pada saat itu terkesan bahwa golongan inilah yang empunya surga. Sementara orang-orang kecil yang diwakili kaum gembala ini cenderung terpinggirkan dan tidak mendapatkan pelayanan rohani sebagaimana mestinya. Karena itu melalui kelahiran-Nya Yesus menyatakan bahwa Ia pun datang sebagai Juruselamat orang-orang kecil dengan cara mengundang para gembala di malam natal pertama.
Dari sini jelas bagi kita bahwa kehadiran kedua golongan yang ‘tidak layak’ ini dalam kelahiran Kristus mempunyai alasan yang tepat. Bagi dunia mereka tidak memenuhi syarat untuk hadir di sana tetapi herannya justru orang-orang seperti merekalah yang dicari oleh Allah.

4. MAJUS, GEMBALA DAN NATAL MASA KINI
Apa yang dituliskan di atas merupakan tokoh-tokoh dan peristiwa natal di masa lampau. Sesuatu yang asing dan hampir tidak ada lagi hubungannya dengan orang-orang dan natal masa kini. Tapi benarkah bahwa semuanya itu tidak ada lagi hubungannya dengan yang ‘berbau’ dewasa ini? Secara fisik memang tidak tetapi makna rohani di balik semuanya itu tetap relevan sepanjang masa.
Natal, kelahiran Yesus dua ribu tahun yang lalu terus saja terulang setiap saat. Hanya bedanya Yesus tidak lagi lahir di palungan sebagai bayi kecil sebagaimana dulu di kota Betlehem. Sekarang ini Yesus lahir di hati setiap manusia berdosa yang percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
Manusia-manusia berdosa ini tidak jauh-jauh dari orang-orang majus dan para gembala juga. Hanya orang-orang majus yang berpenampilan ala padang gurun dan menaiki unta tidak lagi kita temukan di dunia kita sekarang ini. Tetapi kondisi spiritual orang-orang majus dua ribu tahun yang lalu tetap hidup hingga detik ini. Orang-orang yang nampaknya kaya, mapan, memiliki segalanya tetapi hidupnya di luar Tuhan (kafir) mereka itulah orang-orang majus masa kini. Merekalah sasaran kasih Allah. Di hati orang-orang demikianlah Anak Allah mau lahir dan tinggal selamanya.
Demikian pula para gembala di hati merekalah Yesus mau masuk. Para gembala di masa sekarang ini bisa kita saksikan diantara orang-orang kecil, mereka yang terpinggirkan, teraniaya, dan tidak dianggap oleh dunia dunia ini.

5. PENUTUP
Akhirnya, ketika membaca tulisan ini kita jangan bersikap seolah-olah sebagai orang luar yang hanya berdiri dan menonton saja orang-orang majus dan para gembala dengan segala peran yang mereka mainkan dalam natal. Tetapi mari kita melihat diri kita sendiri lalu dengan rendah hati mengakui bahwa kitalah orang-orang majus dan para gembala itu. Kitalah orang-orang kafir dan kaum terpinggirkan itu yang sudah terbuang. Hanya dengan kesadaran dan pengakuan ini maka kita bisa membuka hati bagi Juruselamat untuk lahir di situ. Itulah natal sejati – bukan perayaan-perayaannya yang sudah jauh dari maksud Allah sejak awal.
Share on Google Plus

About MEZBAH PETRA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.