I. PENDAHULUAN
Bulan Ramadhan telah tiba, ibadah puasa pun telah berjalan sekian hari. Di saat-saat seperti ini kita bisa menyaksikan ada banyalk perubahan di tengah-tengah masyarakat walaupun sifatnya hanya sementara (setidaknya sepanjang Bulan Ramadhan ini). Perubahana tersebut, misalnya kegiatan keagamaan diperbanyak, klub-klub malam dibatasi aktivitasnya dan tidak ketinggalan usaha berdagang seperti di pasar Blok M mengalami peningkatan omset.
Satu hal yang menarik dari ibadah ini, yaitu keyakinan saudara-saudara kita yang beragama islam tentang puasanya. Menurut mereka ibadah puasa penting penting untuk mendapatkan ampunan dosa dan amal dari yang ilahi. Terlepas dari itu, barangkali kita orang Kristen bertanya: Apakah berpuasa hanya milik orang yang beragama islam saja? Pertanyaan ini wajar karena kenyataannya dalam kekristenan hamper tidak dikenal adanya puasa bersama orang Kristen di seluruh dunia pada bulan tertentu dalam setahun. Bahkan dalam gereja-gereja tertentu tidak ditemukan adanya pengajaran dan ibadah puasa. Walaupun demikian kita akan segera tahu bahwa ibadah puasa pun diajarkan dalam Alkitab dan terdapat dalam kekristenan.
II. ARTI PUASA
Arti puasa secara umum berarti tidak makan dan tidak minum selama waktu tertentu. Pengertian ini sudah cukup membantu kita untuk memahami apa itu puasa. Namun lebih dari hanya sekedar tidak makan dan tidak minum. Alkitab mengajarkan bahwa puasa atau berpuasa merupakan sikap merendahkan diri di hadapa Allah. Pengertian ini berasal dari istilah Ibrani tsum, tsom, dan inna nafsyo yang secara harafiah berarti merendahkan diri dengan berpuasa.
Arti puasa di atas kita segera tahu bahwa puasa itu bukan melulu soal pengurangan makanan dan minuman melaikan perendahan diri kita
di hadapan Allah. Memang perendahan diri tersebut ditandai dengan tidak makan dan tidak minum dalam waktu tertentu tetapi bukan itu intinya.
Jadi jangan kita berpikiran bahwa dengan tidak makan da tidak minum seharian kita sudah berpuasa dan Allah berkenan pada kita. Sesungguhnya hal itu tidak berbeda dengan orang yang tidak makan-minum karena kelaparan atau miskin. Saya mau katakana bahwa puasa yang tidak disertai sikap hati yang merendah sia-sialah itu.
III. TUJUAN BERPUASA
Dari puasa di atas sebenarnya kita sudah bisa mengetahui sedikit apa itu tujuan berpuasa. Namun untuk lebih jelasnya disini akan diterangkan kembali tujuan berpuasa secara keseluruhan. Tujua berpuasa yang diajarkan Alkitab antara lain, yaitu sebagi bukti lahiriah dukacita (2 Sam. 1:12; 3:35; Neh. 1:4; Est. 4:3; Mzm. 35:13-14), pernyataan pertobatan (1 Sam. 6:1; Raj. 21:27; Neh. 9:1-2; Yun. 3:5-8).
Selain tu berpuasa juga kerap kali dilakukan dengan tujuan memperoleh bimbingan dan pertolongan Allah (Kel. 34:28; Ul. 9:9; 2 Sam. 12:16-23; 2 Taw. 20:3-4). Dan seperti yang sudah disinggung tadi berpuasa juga tujuannya untuk merendahkan diri dihadapan Allah (Ezr. 8:21; Mzm. 69:11).
Inilah beberapa tujuan berpuasa yang digariskan oleh Alkitab. Karena itu seseorang yang berketetapan hati mengadakan ibadah puasa hendaknya memperhatikan tujuan puasanya tersebut apakah sudah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab. Jika tidak demikian maka puasanya itu pun akan sia-sia, apalagi jika motivasinya tidak benar, misalnya berpuasa sebagai jaminan Allah akan mendengar setiap permohonan doa (Yesaya 58:3-4). Menentang motivasi yang salah ini para nabi menyatakan, bahwa tanpa melakukan yang benar, tindakan berpuasa adalah sia-sia. (Yes. 58:5-12; Yer. 14:11-12; Zakaria 7)
IV. JENIS-JENIS PUASA
Dari pengalaman dan pengamatan umum baragkali kita tahu jenis-jenis puasa yang ada. Dilihat dari waktunya, ada puasa satu hari, puasa tiga hari atau puasa empat puluh hari. Dilihat dari orang yang berpuasa, ada puasa pribadi dan ada puasa bersama. Dan masih banyak lagi jenis puasa lain, jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Sementara itu, dalam Alkitab juga ada beberapa jenis puasa Hari Perdamaian (Im. 16:29, 31; 23:2-23; Bil. 29:7) dan empat puasa tahunan orang Yahudi (Za. 8:19).
Barangkali jenis-jenis puasa yang terdapat dalam Alkitab ini tidak berhubungan langsung (relevan) dengan kita karena kebutuhan dan situasi orang yang hidup pada zaman ini. Namun dengan mengenal adanya jenis-jenis puasa ni setidaknya akan menolong kita untuk mengerti jenis puasa apa yang kita lakukan. Dan dengan mengerti jenis puasa, kita pun bisa tahu tujuan dari puasa tersebut, sasarannya tepat. Tidak meraba-raba atau hanya sebagai ritual keagamaan belaka.
V. PUASA DALAM KEKRISTENAN
Menjawab pertanyaan tadi di atas: Apakah berpuasa hanya milik orang yang beragama Islam saja? Saya mau katakana bahwa sebelum Islam muncul pada abad ke-7 SM kekristenan sudah ratusan tahun sebelumnya mengenal dan mempraktekkan ibadah puasa. Adapun contoh-contoh praktek ibadah puasa dalam kekristenan, yaitu dalam matius 4:1-4 Yesus diberitakan berpuasa, lalu dalam Kis. 13:2-3; 14:23 tercatat para pemimpin jemaat berpuasa sebelum memilih utusan Injil dan tua-tua. Selain itu Paulus pun dua kali menyinggung puasanya (2 Kor. 6:5; 11:27)
Puasa dalam kekristenan ini bukan hanya praktek agama pada zaman dahulu. Sepanjang sejarah kekristenan ibadah puas ini terus dipraktekkan oleh sebagian besar orang-orang Kristen yang mengasihi Tuhan. Dan ternyata puasa yang dilakukan orang-orang Kristen mampu membawa dampak besar bagi perubahan sejarah dunia ini.
VI. KESIMPULAN
Menyimpulkan uraian pengajaran tentang ibadah puasa ini, saya mau tegaskan tegaskan bahwa berpuasa adalah bagian dari iadah kekristenan dan berpuasa itu baik bagi pertumbuhan rohani seseorang. Hanya perlu diperhatikan puasa yang kita lakukan jangan sebagai ritual agamawi balaka, atau ikut-ikutan kebiasaan orang lain. Karena itu sebelum berpuasa kita pastikan bahwa kita mengerti puasa yang dilakukan sebagai wujud perendahan diri di hadapan Allah dan tujuannya mesti jelas.