I. ARTI PUASA
Arti puasa secara umum berarti tidak makan dan tidak minum selama waktu tertentu. Pengertian ini sudah cukup membantu kita untuk memahami apa itu puasa. Namun lebih dari hanya sekedar tidak makan dan tidak minum. Alkitab mengajarkan bahwa puasa atau berpuasa merupakan sikap merendahkan diri di hadapa Allah. Pengertian ini berasal dari istilah Ibrani tsum, tsom, dan inna nafsyo yang secara harafiah berarti merendahkan diri dengan berpuasa.
Arti puasa di atas membuat kita menjadi tahu bahwa puasa itu bukan melulu soal pengurangan makanan dan minuman melainkan perendahan diri di hadapan Allah. Memang perendahan diri tersebut ditandai dengan tidak makan dan tidak minum dalam waktu tertentu tetapi bukan itu intinya.
Jadi jangan kita berpikiran bahwa dengan tidak makan da tidak minum seharian kita sudah berpuasa dan Allah berkenan pada kita. Sesungguhnya hal itu tidak berbeda dengan orang yang tidak makan-minum karena kelaparan atau miskin. Saya mau katakana bahwa puasa yang tidak disertai sikap hati yang merendah sia-sialah itu.
II. TUJUAN BERPUASA
Dari arti puasa di atas sebenarnya kita sudah bisa mengetahui sedikit apa itu tujuan berpuasa. Namun untuk lebih jelasnya di sini akan diterangkan kembali tujuan berpuasa secara keseluruhan. Tujuan berpuasa yang diajarkan Alkitab antara lain, yaitu sebagi bukti lahiriah dukacita (2 Sam. 1:12; 3:35; Neh. 1:4; Est. 4:3; Mzm. 35:13-14), pernyataan pertobatan (1 Sam. 6:1; Raj. 21:27; Neh. 9:1-2; Yun. 3:5-8).
Selain tu berpuasa juga kerap kali dilakukan dengan tujuan memperoleh bimbingan dan pertolongan Allah (Kel. 34:28; Ul. 9:9; 2 Sam. 12:16-23; 2 Taw. 20:3-4). Dan seperti yang sudah disinggung tadi berpuasa juga tujuannya untuk merendahkan diri dihadapan Allah (Ezr. 8:21; Mzm. 69:11).
Inilah beberapa tujuan berpuasa yang digariskan oleh Alkitab. Karena itu seseorang yang berketetapan hati mengadakan ibadah puasa hendaknya memperhatikan tujuan puasanya tersebut apakah sudah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab. Jika tidak demikian maka puasanya itu pun akan sia-sia, apalagi jika motivasinya tidak benar, misalnya berpuasa sebagai jaminan Allah akan mendengar setiap permohonan doa (Yesaya 58:3-4). Menentang motivasi yang salah ini para nabi menyatakan, bahwa tanpa melakukan yang benar, tindakan berpuasa adalah sia-sia. (Yes. 58:5-12; Yer. 14:11-12; Zakaria 7)