“ Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus; mungkin kita pernah mendengar kalimat yang menyatakan, “Christianity is not a religion, but a way of life” (Kekristenan bukanlah sebuah agama, melainkan jalan hidup). Agama-agama lain juga mengatakan mereka bukan agama melainkan jalan hidup, tetapi sesungguhnya hanya Kekristenanlah yang bisa disebut demikian, sebab Kekristenan tidaklah cukup diisi dengan kegiatan seremonial dan peraturan-peraturan yang hanya bersifat agamawi. Tetapi sebenarnya Kekristenan itu adalah bagaimana kita mempraktekkan iman dan ketaatan kepada Bapa.
Jemaat Tuhan yang terkasih; apakah kita sudah puas menjadi umat yang dipilih, puas karena diadopsi menjadi anak-anak Allah, atau puas karena sudah diselamatkan. Kepuasan-kepuasan seperti ini tanpa kita sadari sudah membutakan pengertian kita tentang bagaimana kita berjalan didalam jalan keselamatan itu sendiri. Jalan keselamatan yang benar adalah hidup didalam iman dan tetap memiliki komitmen untuk hidup taat melakukan kehendak Bapa, dengan meneladani Tuhan Yesus. Ia taat sampai mati, sekalipun bila Ia mau, Ia bisa saja memilih untuk tidak taat. Ketaatan-Nya sempurna.
Saudara yang terkasih; Tuhan Yesus mau membentuk atau mendisain ulang manusia yang mau taat kepada-Nya. Setelah kita diselamatkan, kita harus memberi diri untuk diubah, dibentuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus sebagai gambaran utama manusia. Kita jangan berpikir bahwa menjadi Kristen itu yang penting rajin beribadah ke gereja. Memang ke gereja itu penting, tetapi kehidupan kita setiap hari itu lebih penting. Oleh karena itu, kita harus terus belajar, bertumbuh dan memperagakan kebenaran. Kita masih tetap manusia yang memiliki segala kelemahan dan kekurangan, tetapi kita tidak boleh tetap tinggal di dalam kekuarangan dan kelemahan itu. Kita harus mau terus belajar sebagai murid, sampai “Hidupku bukannya aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku” bukan sekedar slogan, tetapi nyata dalam hidup.”