Saudara yang terkasih; Banyak orang yang beranggapan bahwa Natal sudah menjadi bagian dan kehidupan orang-orang Kristen, oleh karena itu banyak yang 'harus' merayakannya dengan pakaian baru dan pesta yang meriah. Semua itu sebenarnya hanya merupakan kepuasan sesaat. Bahayanya adalah kita akan mengorbankan biaya besar dan berbagai kesibukan yang menyita waktu dan perhatian kita, padahal itu belum tentu dikehendaki oleh Tuhan.
Saudara yang terkasih; Kita harus berani mengevaluasi dan meninjau dengan jujur, apakah kebiasaan yang dilakukan selama ini bisa dipertahankan? Apakah kebiasaan semacam ini dapat dipertahankan sementara dunia di ambang kehancuran dan manusia berbondong-bondong menuju neraka kekal dan kejahatan semakin bertambah di penghujung akhir zaman ini?
Pertanyaan penting yang harus dikemukakan di tengah maraknya perayaan Natal dengan cara yang salah ini adalah, “Untuk siapakah Natal itu?” Pertanyaan ini perlu dikemukakan, sebab hanya dengan menemukan jawabannyalah kita baru bisa merayakan Natal dengan sikap yang benar. Dalam Matius 5:21, dinyatakan oleh malaikat bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa mereka. Dosa yang merupakan sumber dari segala bencana manusia sekarang dapat diselesaikan oleh Tuhan Yesus. Orang yang menyadari misi ini pasti sangat memperhatikan persoalaan dosa manusia yang memang merupakan tujuan kedatangan Tuhan. Merayakan Natal tanpa memahami misi Tuhan ini sama dengan membelokkan maksud Tuhan mengadakan Natal atau kelahiran Yesus.
Namun dalam kecerdikannya, iblis telah membuat sebagian orang Kristen menjadikan Natal sebagai perayaan agamawi yang tidak memuat pesan ilahi yang kuat untuk merubah kehidupan orang, sesuai dengan misi Natal itu sendiri. Pesan yang seharusnya disampaikan telah tertelan oleh berbagai acara perayaan yang hanya menyenangkan hati manusia dan memuaskan hasrat kedagingan atau keduniawian.
Bisa dimengerti mengapa ada orang-orang Kristen yang mengecam acara Natal dengan begitu kerasnya, sehingga mereka sendiri tidak ikut merayakan Natal dan menuding Natal sebagai produk iblis yang harus dibuang sama sekali. Menyikapi keadaan ini, hendaknya kita dengan serius mengevaluasi dengan jujur terhadap cara kita merayakan Natal. Kesalahan yang telah terjadi janganlah terjadi lagi. Merayakan Natal tanpa memahami misi Tuhan sama dengan membelokkan maksud Tuhan mengadakan Natal.