Minggu
lalu kita sudah mengetahui bahwa yang disebut apologetika Kristen itu adalah suatu
penjelasan yang teratur dan masuk akal untuk mempertahankan ajaran Kristen dari
serangan yang muncul. Selanjutnya pada kesempatan ini kita akan membahas alasan
berapologetika.
Diakui
bahwa tidak sedikit orang Kristen yang menolak apologetika. Sikap demikian
muncul karena mereka melihat apologetika terlalu rumit dan mengandalkan akal
budi. Bagi mereka kasih, moralitas dan kekudusan hidup jauh lebih penting
daripada akal. Walaupun demikian, hendaknya diingat bahwa Alkitab ada
berbicara tentang perlunya orang Kristen
berapologetika. Hal itu tercantum dalam 1 Petrus 3:15 yang berbunyi demikian: Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu
sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan
jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.
Dari
ayat ini nampak bahwa rasul Petrus mendorong orang Kristen supaya mampu
memberikan jawaban (apaologetika) yang tepat kepada setiap orang yang
mempertanyakan soal iman Kristen. Itulah yang dilakukan oleh jemaat mula-mula,
mereka membela Injil dari serangan lawan dari luar (Filipi 1:7). Kata membela
Injil (Filipi 1:7) dan memberi pertanggungjawaban (1 Petrus 3:15) dalam bahasa
Yunani sama-sama menunjuk pada sikap yang berapologetika (membela). Jadi kalau
berangkat dari Alkitab, tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk tidak
berapologetika karena itu adalah perintah Alkitab.
Disamping
itu, perlunya berapologetika karena melalui percakapan apologetika terbuka peluang
untuk mengabarkan Injil. Ketika seorang Kristen berapologet tentu ia akan
selalu membicarakan imannya yang didasarkan pada Injil. Pembicaraan inilah yang
menjadi saran penginjilan.
Seringkali
apologetika diidentikan hanya dengan segelintir orang saja seperti para pendeta
dan teolog. Namun pada dasarnya apologetika ini merupakan tugas semua orang
percaya. Kedua ayat di atas (Filipi
1:7 dan 1 Petrus 3:15) cukup menegaskan bahwa setiap orang percaya harus siap
sedia member pertanggungjawban imannya.