1.
Membaca
Alkitab secara tuntas: Jemaat
hanya bisa menafsir Alkitab dengan baik bila ia sudah mempersiapkan diri dengan
cara membaca seluruh Alkitab secara teratur. Tentu saja pekerjaan ini tidak
bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Jemaat mesti mengorbankan waktunya selama
beberapa bulan atau mungkin hingga satu tahun.
2.
Memfokuskan pembacaan pada kitab / ayat tertentu: Setelah
menuntaskan pembacaan seluruh isi Alkitab, selanjutnya penafsir bisa memilih
kitab tertentu (sebagai latihan usahakan kitab yang pendek seperti Surat
Filipi) atau ayat tertentu untuk dibaca secara berulang-ulang supaya bisa lebih
memahami apa yang tertulis.
3.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan penting: Dari kitab
atau ayat-ayat yang dibaca mulai ajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, apa, kapan,
siapa, mengapa, bagaimana dan lain-lain.
Tujuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu adalah untuk menggali apa yang ada
dalam ayat/kitab itu.
4.
Perhatikan ayat-ayat atau kisah-kisah yang sejajar: Contohnya
kisah penyaliban Yesus di Matius 27:32-44 bisa dibandingkan dengan yang
tertulis di Markus 15:20b-32; Lukas 23:33-43 dan Yohanes 19:16b-27. Tujuannya
untuk mendapatkan data dan pemahaman yang lebih luas dan lengkap.
5.
Mengenal gaya penulisan: Dalam Alkitab terdapat berbagai
macam gaya penulisan, mulai dari catatan sejarah, pidato, peribahasa, riwayat,
kotbah, perumpamaan hingga gaya bahasa yang kurang diketahui, misalnya
apokaliptik, nubuat, salam, dialog, syair, nyanyian, kredo, liturgi dan
lainnya. Sebagai contoh: Teks Alkitab yang besifat perumpamaan harus dilihat
sebagai bentuk penggambaran mengenai kebenaran. Jadi tidak dapat ditafsirkan
secara harafiah.
6. Perhatikan konteks: Kata ‘konteks’ disini dipakai
untuk menunjukkan hubungan yang menyatukan bagian Alkitab yang ingin ditafsir
dengan sebagian atau seluruh Alkitab. Salah satu contoh analisa konteks, bila
ingin menafsir Ibrani 1:1, maka kita harus menafsir ayat 2 juga, karena dalam
terjemahan Alkitab LAI kalimat itu baru selesai pada ayat ke-2. Bila seseorang
kesulitan menafsir suatu ayat tertentu, maka ia perlu melihat konteks perikop ayat
tersebut. Bila masih kurang jelas, ia perlu melihat konteks pasalnya, bahkan
kalau perlu kitabnya.
7.
Membaca buku-buku penunjang: Untuk
menolong kita menafsir dengan baik, maka penting untuk banyak membaca buku-buku
rohani khususnya yang memuat data-data sejarah dan penjelasan tentang
kitab-kitab dalam Alkitab. Contoh: Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Tafsiran
Alkitab Masa Kini, Pengantar PL & PB.