Memandang ke tahun 1800-an, jarang sekali ada kisah
kepahlawanan yang berasal dari hamba-hamba Tuhan. Namun, pada tahun
1881, Harold Schofield, seorang dokter muda sekaligus seorang misionaris
yang melayani di bagian utara provinsi Shansi sedang terbaring lemah
karena menderita sakit tifus. Dalam pembaringannya, ia tetap tidak
berhenti berdoa. Ia memohon kepada Allah untuk memberinya seorang
pengganti karena ia tahu bahwa ia tidak akan sembuh dari penyakitnya
ini. Ia berdoa agar Tuhan mau mengirim lulusan dari universitas terbaik
di Inggris untuk menginjili China. Pada tanggal 1 Agustus 1883, Harold
Schofield berpulang ke rumah Bapa, saat itu saudara kita yang terkasih
ini baru berumur 31 tahun.
Apakah Tuhan menjawab doanya? Ya! Pada bulan Februari
1885, doa Schofield terjawab ketika tujuh mahasiswa dari Universitas
Cambridge memutuskan untuk meninggalkan kekayaan dan segala kebanggaan
mereka dan melayani Tuhan ke mana pun Ia akan memimpin mereka. Ketujuh
mahasiswa yang di kemudian hari dikenal sebagai "The Cambridge Seven"
ini terdiri atas Charles Thomas Studd, Montagu Harry Proctor Beauchamp,
Stanley P. Smith, Arthur T. Polhill-Turner, Dixon Edward Hoste, Cecil H.
Polhill-Turner, dan William Wharton Cassels.
Pada ibadah pengutusan, mereka berkata, "Berdoalah supaya Tuhan menolong kami untuk tetap setia."
Ketujuh orang ini menjadi inspirasi bagi ribuan orang
lainnya untuk memikirkan pelayanan misionaris secara lebih serius.
Salah seorang dari tujuh orang ini adalah C.T. Studd, seorang kapten tim
kriket Inggris yang terbaik pada masanya -- jika ia saja sanggup
menyerahkan segala-galanya, orang lain pun dapat melakukannya! Mereka
menginspirasi banyak orang untuk melayani Tuhan. Pada tahun 1890, jumlah
mereka berlipat ganda, dan pada tahun 1900 terdapat 800 orang
misionaris yang aktif melayani di China bersama-sama dengan China Inland
Mission. Jumlah tersebut mewakili sepertiga dari total kekuatan misi
yang melayani dunia pada saat itu.
Di bawah ini adalah sekelumit detail atas apa yang terjadi pada 3 orang anggota The Cambridge Seven.
William Wharton Cassels (1858 -- 1925)
William melayani di China selama sepuluh tahun, kemudian ia kembali ke Inggris pada tahun 1885. Di Inggris, ia ditahbiskan sebagai uskup atas keuskupan baru untuk China Barat. Setelah ditahbiskan, ia kembali ke China Barat dan melayani di sana sampai ia meninggal pada tahun 1925.
William melayani di China selama sepuluh tahun, kemudian ia kembali ke Inggris pada tahun 1885. Di Inggris, ia ditahbiskan sebagai uskup atas keuskupan baru untuk China Barat. Setelah ditahbiskan, ia kembali ke China Barat dan melayani di sana sampai ia meninggal pada tahun 1925.
Stanley Peregrine Smith (1861 -- 1931)
Stanley diutus untuk melayani di China Utara. Ia mempelajari bahasa China dan segera menjadi seorang pengkhotbah yang sangat fasih dalam bahasa asing tersebut. Ia meninggal di China pada 31 Januari 1931.
Stanley diutus untuk melayani di China Utara. Ia mempelajari bahasa China dan segera menjadi seorang pengkhotbah yang sangat fasih dalam bahasa asing tersebut. Ia meninggal di China pada 31 Januari 1931.
Charles Thomas Studd (1860 -- 1931)
Atlet kriket ini dipulangkan pada tahun 1894 karena kesehatannya yang semakin menurun. Di kemudian hari, ia melayani di India dan Afrika; ia juga mendirikan badan misi WEC. Ia meninggal di Ibambi, Kongo Belgia pada tahun 1931.
Atlet kriket ini dipulangkan pada tahun 1894 karena kesehatannya yang semakin menurun. Di kemudian hari, ia melayani di India dan Afrika; ia juga mendirikan badan misi WEC. Ia meninggal di Ibambi, Kongo Belgia pada tahun 1931.
C. T. Studd adalah seseorang yang menulis kutipan
terkenal berikut ini, "Beberapa orang ingin tinggal di tempat-tempat
mereka dapat mendengar suara lonceng gereja; sedangkan aku ingin sekali
membuka pos keselamatan sedekat mungkin dengan neraka." Pada masa
tuanya, orang-orang yang mengkritiknya mengatakan bahwa ia harus pulang
dan pensiun. Menanggapi hal itu, Studd menolak dan berkata, "Tuhan telah
memanggilku untuk pergi melayani karena itu aku akan pergi. Aku akan
membuka jalan menuju kuburanku dengan menjadi batu loncatan supaya
orang-orang muda dapat mengikuti teladanku."
Orang-orang yang setia ini telah melayani Tuhan bagi
generasi mereka. Kesaksian mereka membuktikan bahwa kehidupan yang
diserahkan sepenuhnya kepada Allah akan memampukan mereka untuk memberi
dampak yang besar terhadap generasi mereka bagi Kerajaan Allah. Kiranya
Tuhan membangkitkan orang-orang yang setia untuk melayani generasi kita
saat ini. (sumber : Faith Walk in the 2nd Half)