JANGAN MEMANDANG MUKA

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka

(Yakobus 2:1).

Sifat yang cenderung memandang muka ternyata tidak hanya ditemukan diantara orang-orang yang bukan Kristen. Sifat ini ada juga di dalam gereja – diantara orang yang menyebut dirinya sebagai pengikut Kristus. Dari nasehat Yakobus kepada orang-orang Kristen zaman dulu kita bisa menduga bahwa ada sebagian orang Kristen yang memperlakukan orang lain berdasarkan status sosialnya. Yang kaya begitu dihormati dalam gereja sebaliknya yang miskin tidak diperhatikan bahkan cenderung disepelekan. Ini menyedihkan sekali.
Apa yang pernah terjadi ini diakui masih saja berlanjut dari generasi ke generasi orang Kristen walaupun tidak semua. Sebagai bukti nyata bisa kita saksikan dalam gereja, persekutuan, perkumpulan orang Kristen atau sejenisnya yang pernah kita masuki. Bukankah itu masih ada? Bahkan mungkin sifat yang memandang muka ini lebih beragama lagi faktor penyebabnya sekarang. Ada yang karena faktor kesukuan, warna kulit (ras) atau pendindikan.
Perlu kita menyadari bahwa sifat memandang muka ini bukan saja sebatas masalah diskriminasi (membeda-bedakan) tapi firman Tuhan dengan tegas mengatakan bahwa itu adalah dosa. Itu menjadi dosa karena setidaknya ada dua alasan. Yang pertama dengan memandang muka berarti kita telah menjadi hakim atas sesama – menghina mereka yang ’kecil.’ Yang pasti sikap demikian mendukakan Tuhan. Lalu yang kedua dengan memandang muka berarti kita melanggar firman yang mengatakan: ”kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Dan jelas pelanggaran itu adalah dosa.
Saudara, dengan penuh kerendahan hati kita harus mengakui bahwa sikap yang demikian pernah juga kita lakukan atau setidak-tidaknya kita berpeluang melakukan kesalahan yang sama. Jikalau benar demikian mari kita dengar nasehat firman Tuhan yang menasehati supaya kita tidak bersikap demikian lagi.
Ada baiknya kita belajar dari Tuhan Yesus yang mana dulu ketika Ia melayani di dunia Ia bisa menerima semua orang dan memperlakukan mereka dengan baik tanpa membeda-bedakanNya – tidak ada ’anak emas’. Dengan demikian kita bisa menciptakan suasana yang nyaman dalam gereja dan setiap orang khususnya mereka yang dari golongan ’kecil’ bisa betah dalam gereja dan merasakan kasih Tuhan melalui kita.
Share on Google Plus

About MEZBAH PETRA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.