Apabila, TUHAN, Allahmu, memberkati engkau seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu, maka engkau akan memberi pinjaman kepada banyak bangsa.... (Ulangan 15:6a).
Apabila kita menanyakan kepada setiap orang; bagaimana caranya untuk memperoleh kebahagiaan maka tentulah kita akan menemukan begitu banyak jawaban yang berbeda. Dari banyak jawaban itu biasanya ada dua jawaban yang menonjol, yaitu bahagia apabila bisa mendapatkan sesuatu (diberkati) dan bahagia apabila bisa memberikan sesuatu (memberkati). Ini dua alasan yang bisa diterima kebenarannya.
Bahagia karena diberkati pastilah sudah menjadi pengalaman semua orang. Sudah sewajarnya apabila ada orang yang merasa bahagia karena memperoleh perhatian, cinta, uang atau pekerjaan. Jenis kebahagiaan ini sangat manusiawi dan tidaklah salah. Hanya, bahagia karena diberkati posisinya masih berada pada tingkatan bawah dan sifatnya kekanak-kanakan. Kebahagiaan ini hanya memikirkan apa yang menjadi kebutuhannya tanpa mau memikirkan kebutuhan orang lain.
Lalu, di satu sisi ada juga kebahagiaan karena bisa memberkati. Di dunia ini kita bisa menemukan sejumlah nama yang dikenal sebagai orang suka berkorban buat orang lain, misalnya ibu Theresa. Orang-orang seperti ini rela melepasakan kenyamanan hidupnya demi kebaikan orang lain. Bahagia karena bisa memberkati berada satu tingkat di atas kebahagiaan karena diberkati.
Dua jenis kebahagiaan di atas sekali lagi tidaklah salah dan sangat manusiawi namun kita harus akui bahwa apabila hanya salah satunya saja yang jadi pegangan maka itu bisa menimbulkan ketimpangan. Bahagia karena diberkati terus bisa melahirkan keserakahan atau egoisme sedangkan bahagia karena memberkati terus bisa melahirkan sungut-sungut dan kekecewaan.
Sebagai jalan keluarnya, yaitu kebahagiaan itu mesti karena alasan diberkati dan sekaligus memberkati. Inilah yang menjadi pengalaman hidup bangsa Israel zaman dulu. Mereka diberkati luar biasa oleh Tuhan dengan segala yang baik tetapi itu tidak ditumpuk untuk diri mereka sendiri. Alkitab mengatakan bahwa setelah diberkati kemudian mereka memberkati bangsa-bangsa lain. Inilah kebahagiaan yang harus menjadi prinsip hidup kita sebagai orang Kristen. Amin.