Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.
Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18)
Sebab itu seorang laki-laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
(Kejadian 2:24)
Secara individu manusia diciptakan dalam kesempurnaan oleh Allah. Namun ketika Allah melihat bahwa manusia itu (Adam) seorang diri saja, Ia menganggap bahwa itu tidak baik. Karena itu Allah terdorong menciptakan pribadi yang sepadan dengannya dan menyatukan mereka mereka dalam suatu lembaga yang dinamakan sebagi keluarga.
Dari sini kita bisa tahu bahwa berkeluarga itu merupakan kehendak Allah. Kehendak Allah ialah supaya dua pribadi ini boleh saling melengkapi satu sama lain – menjadi penolong sejati. Dan yang lebih penting lagi, yaitu dua pribadi ini sepadan. Berbicara tentang kesepadanan cukup luas, namun yang mau ditekankan di sini adalah kesepadanan dalam iman – keduanya sama-sama menyembah Allah yang benar.
Lalu yang kedua, ketika menyatukan dua pribadi yang berbeda dalam lembaga keluarga, Allah menghendaki keduanya menjadi satu daging. Satu daging yang dimaksud, ialah mereka yang berbeda melebur menjadi satu sehingga tidak mungkin lagi dipisahkan oleh apapun juga (kecuali maut). Dan kesatuan dua pribadi ini melebihi atau mengalahkan kesatuan apapun juga yang ada di dunia ini, bahkan termasuk kesatuan antara orang tua dengan anak.
Dari dua bagian firman Tuhan ini, pelajaran yang boleh kita ambil, ialah dalam membangun keluarga kita harus meyadari bahwa itu bukan semata-mata keinginan manusia melainkan rancangan Allah dalam kekekalan. Karena itu ketika mau membangun sebuah keluarga, kita harus memastikan bahwa di sana kehendak Allah dinyatakan, yaitu suami-istri merupakan pasangan yang sepadan terutama dalam iman. Sehingga benarlah apa yang dikatakan firman Allah demikian: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau baimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus. 6:14).
Selain itu, kita juga harus memastikan bahwa di dalam keluarga yang kita bangun ada kesatuan sejati seperti yang Allah kehendaki. Dengan itu, akan menjadi sesuatu yang mustahil terjadi perceraian dalam keluarga kita. Diakui bahwa banyak keluarga Kristen yang gagal dalam melakukan bagian firman Tuhan ini. Walaupun demikian itu bukan akhir dari segalanya. Yang sudah gagal marilah memperbaikinya kembali, yang tidak gagal tetaplah jaga kehendak Allah dalam keluargamu. Dan yang mau membangun keluarga baru lakukanlah firman Tuhan ini.