Benarkah
Alkitabnya orang Kristen sudah banyak perubahan dan selalu direvisi sehingga
tidak sesuai lagi dengan naskah aslinya?
Jawaban:
Naskah asli Alkitab
yang ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani oleh para nabi Israel dan
rasul-rasul Kristus tidak pernah dirubah atau direvisi isinya. Tidak ada bukti
yang mengarah kepada tuduhan itu. Sebaliknya, Alkitab sendiri menegaskan
dirinya mustahil berubah. Hal itu tertulis dalam: Matius 5:18 yang berbunyi: …..Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi. Kitab Amsal 30:5 pun ikut mengaminkan kemurnian Alkitab: Semua firman Allah adalah murni.
Lalu
mungkin kita akan bertanya apakah naskah asli itu masih ada? Jawabannya: jelas
sudah tidak ada karena bukankah naskah-naskah itu ditulis di atas bahan
(seperti kulit binatang) yang bisa rusak? Walaupun begitu kita tidak perlu
khawatir kehilangan jejak firman Tuhan yang telah ditulis oleh para nabi dan
rasul itu, karena faktanya sejak zaman dulu umat Tuhan dengan setia menyalin
ulang naskah-naskah asli itu dalam ketelitian yang luarbiasa. Mereka mengawasi
setiap penyalinan huruf, suku kata, kata, dan paragraph
demi menghindari kesalahan. Ada kelas khusus yang semata-mata bertugas
melindungi dan menyalin dokumen-dokumen ini dengan ketelitian yang nyaris
sempurna. Jadi kelangsungan naskah Alkitab dari penulis pertama hingga kepada
generasi kita tidak perlu diragukan lagi ketepatannya.
Kalaupun ada perubahan atau revisi
dalam Alkitab, itu hanya berlaku dalam konteks penerjemahan dari bahasa asli ke
dalam bahasa-bahasa lain. Hal itu terjadi karena bahasa manapun di dunia ini senantiasa
berkembang. Contohnya dalam terjemahan lama Alkitab Indonesia Yohanes 1:1
berbunyi: Maka pada awal pertama adalah
Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itulah juga Allah.
Bandingkan dengan terjemahan barunya: Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah. Lembaga Alkitab Indonesia sebagai penerjemahan melakukan
revisi untuk mengikuti perkembangan bahasa, tidak untuk menghilangkan makna
asli tetapi supaya pembaca saat ini cepat mengerti maksud terjemahan itu.
Bahkan ada juga terjemahan Alkitab Indonesia dalam bahasa sehari-hari. Maksud
semuanya itu bukan untuk menyelewengkan Kitab Suci tetapi semata-mata supaya
pembaca memahami firman Tuhannya dalam bahasa yang ia mengerti. Akhirnya saya mau katakana bahwa: bila kita
mengakui Alkitab adalah firman Allah, maka kita pun mengakui kuasa Tuhan yang
sanggup memelihara firman-Nya dari upaya penyelewengan.